Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Senin, 06 September 2010

izinkan aku untuk tidak menjadi dirimu.

sebentar lagi lebaran. di hari yang mulia itu, setiap anak biasanya sungkeman dengan orang tua. orang lain mungkin akan merasa haru bila bersujud dan mencium tangan orang tuanya, terutama ibu. namun, tidak denganku pada tahun-tahun lalu. kenapa? aku juga tidak mengerti. perasaanku biasanya sih datar-datar saja bila sungkeman atau mencium tangan ibu. berbeda bila aku sungkeman ke bapak... rasa haru langsung menyeruak. tak terasa air mata ini menetes mengingat kesan-kesanku bersama bapak sejak kecil dulu.

aku coba kembali mengingat masa-masa kecilku... barangkali ini yang menyebabkan rasaku datar kepada ibu. semoga cerita ini bisa diambil pelajaran untuk para ibu agar tidak salah dalam mengasuh putra-putrinya dan betapa pentingnya kehangatan hati seorang ibu dapat memberikan pengaruh kepada anak-anaknya.

jujur saja, sejak kecil aku hampir tidak pernah mengalami kehangatan hubungan dengan ibu. kalau ditanya kenangan apa yang paling berkesan bersama ibu, hampir tidak ada.

ketika aku berumur dua tahun, aku sudah mempunyai adik. otomatis, perhatian ibu hanya ke adik. setiap malam, aku dan kakakku tidur sama bapak. mandi sama bapak. BAB or BAK sama bapak. kalau lagi mati lampu, kita semua berkumpul mendengarkan dongeng dari bapak. ketika bapak mau pergi kerja, aku nangis pengen ikut bapak. kalau bapak kerja, aku biasanya diasuh oleh pengasuh. sosok ibu??? entahlah, aku tidak ingat benar. ibu yang aku ingat sejak kecil hanya ngomel2 saja. marah. mukulin anak. ingat dalam benakku ketika aku masih TK, aku punya keinginan minggat dari rumah. nggak betah.

ketika aku sakit, bukan belaian sayang yg aku peroleh, tapi omelan kenapa sampe sakit. hiks.

ketika aku pulang sekolah dari SD-SMA, kudapati rumah sudah sepi. tidak ada siapa-siapa. sepi hatiku. padahal saat itu aku mau curhat soal temanku di sekolah, soal ulanganku yang dapet nilai 90. ah sepi.... makanan memang sudah tersedia rapi. rumah rapi. ibu tentu membereskannya terlebih dulu sebelum pergi.

tapi tentu saja aku ingat kalau aku sayang ibu. aku pernah bela-belain nggak ikut praktik Fisika pagi saat SMP, hanya gara-gara aku ingin menyelesaikan jatah mencuci baju sekeluarga. Saat itu aku masuk siang. setiap pagi aku mendapat tugas mencuci baju semoa orang di rumah. Aku nggak ingin ibu yang mengerjakannya. aku nggak ingin ibu kecapean.

Aku juga ingat betapa aku sayang ibu. aku sedih bila ibu sedih. aku ingin ibu bangga dengan nilai-nilaiku yang bagus di sekolah. karena itu, aku berusaha keras belajar hingga aku selalu mendapatkan sekolah favorit di depok dan menjadi kebanggaan orang tua. tapi, tak pernah aku mendengar ucapan selamat dan bangga dari orang tuaku. entah, mungkin mereka mengucapkannya di depan orang lain tanpa aku mendengarnya.

aku sampai tidak tahu apakah orang tuaku bangga denganku. apakah mereka sayang padaku. tak pernah kata-kata itu terucap dari mulut mereka. 

yang ada malah, ibu menginginkanku menjadi dokter ketika aku sudah jatuh cinta pada dunia desain. aku malah ingin jadi arsitek. tapi karena tidak lulus UMPTN, aku masuk ke poltek UI tetap bergelut dengan dunia desain grafis. ketika ibu meminta aku ikut ujian lagi ke fak hukum, aku menolak dengan tegas. ketika ibu meminta aku daftar jadi pns di tempat bapak bekerja, aku menolak dan ogah jadi pns. aku merasa didikte. kenapa tidak dari dulu memberitahu keinginan itu, elakku. kalau sekarang aku sudah punya pilihan. akhirnya ibu mengalah. lalu kami tenggelam dalam dunianya masing-masing.

sampai akhirnya, aku melanjutkan kuliah di bandung. baru kali itu aku jauh dari orang tua. perasaanku, wow senaaaaaaaang sekali. merasa bebaaaaaaas! karena itu aku mungkin satu-satunya mahasiswa yang nggak pernah kangen kampung halaman. nggak kangen sama rumah. kalaupun pulang, itu karena aku kehabisan ongkos. parah bener kan.

setelah lulus, aku merasa berada di dalam sangkar lagi. lalu, aku ingin cepat menikah. ketika aku menikah, ingin rasanya aku nggak usah pulang-pulang ke rumah. aku bosan di rumah! aku menginginkan dapet suami orang jauh... yang akhirnya musti tinggal di kota laen. nggak musti pulang ke rumah. males aku mendengar omongan ibu.

tapi ALLAH punya rencana lain. aku mendapat jodoh orang depok juga. yang rumahnya gampang ditempuh dari rumah ibu. sehari ketika aku sudah pindah ke rumah suami, ibuku jatuh sakit. kalau kata adik-adikku, ibu sedih melepaskan aku. akhirnya aku mengalah. aku rutinkan untuk menjenguk ibu. nginep waktu wiken. ibu awalnya kurang cocok dengan suamiku ini. kurang cocok dalam artian, tidak sesuai dengan level yang diinginkan ibu. orang tua tentu ingin anaknya mendapatkan suami orang mapan. tapi aku tidak. aku malah bahagia bersama suamiku. apa pun keadaannya aku bisa terima. tapi tidak dengan ibu. lah, kenapa baru protes sekarang. dulu waktu taaruf aku sudah menceritakan semua kondisi suamiku ini. dan katanya ibu bisa menerima. ya sudahlah, biarlah waktu yang menjelaskan semuanya. pikirku.

setiap aku maen ke rumah, ibu selalu protes dengan pilihanku. ada saja yang diomongkan. kata-kata ibu yang begitu menyakitkan hati, aku terima saja. walau sesampai di rumah suami, aku akhirnya menangis tak tahan.... tanpa suamiku tau apa penyebabnya. begitu terus selama setahun.

lalu, lahirlah raihana. 40 hari bersama ibu setelah melahirkan, adalah neraka bagiku. aku menangis tiap malam. bahkan, sampai terpikir untuk minggat membawa anakku entah kemana. alhamdulillah... iman masih ada di dada ini. ASIku gagal total. bagaimana tidak, selama 40 hari aku harus mengikuti ritual ibu. nggak boleh tidur dari subuh sampai zhuhur. ashar ketika aku mau tidur... raihana sudah bangun dan setelah azan ashar aku harus segera mandi. malam... tentu nggak bisa tidur karena jatah begadang. ibuku memarahi aku. ibu ingin ketika raihana bangun malam-malam... aku tak perlu ikut bangun. biar suamiku yang mengurus bayiku. tentu saja aku tidak bisa seperti itu. raihana bergerak-gerak saja aku sudah reflek ikutan bangun. apalagi denger dia nangis... akhirnya aku pun kurang tidur... begitu selama 40 hari. setelah pindah ke rumah suami, barulah aku bisa tidur dengan enaaaaaaaaak.... tapi pikiranku tetap tidak tenang. aku masih stress.... omongan ibu masih terngiang2. jadilah raihana semampu aku merawatnya. bismillah saja. walau segala teori yang aku pelajari sebelum lahiran, menguap semuanya.... aku nggak lagi pusing musti harus begini-begitu. bismillah saja modalnya.

setelah 3 bulan melahirkan, aku harus masuk. cutiku sudah selesai. lagi-lagi ibu memberi ultimatum. raihana harus sama ibu, kalau tidak, ibu nggak akan mau seumur2 mampir ke rumahku. sedih banget. padahal aku sudah bertekad ingin menjauh dari ibu. lagi2 ancaman ibu membuatku kecut. lagi-lagi aku harus ketemu ibu tiap hari. ya sudah, bismillah saja.

protes ibu masih berlanjut. aku berusaha mewujudkan keinginan ibu sebisa aku. biar ibu nggak protes terus. waktu berlalu... suamiku ternyata tidak diam saja melihat sikapku terhadap ibu. berkali-kali dia mengingatkan aku akan cinta ibu. tanpa dengan nasihat yang panjang lebar... setiap aku berkeluh kesah tentang ibu, suamiku langsung menyetel nasyid tentang ibu.... kadang dia bercerita tentang ibunya ketika kecil. tentang perjuangan ibunya saat ditinggal ayahnya meninggal, saat suamiku dan saudara-saudaranya masih kecil-kecil. dari keluarganya, aku mendengar cerita kalau suamiku adalah anak kesayangan ibu mertuaku (alm). ketika ibunya sakit-sakitan, suamikulah yang merawat di rumah sakit... sampai akhirnya suamiku musti merelakan tidak lulus skripsi hanya gara2 merawat ibunya. sampai yang paling merasa kehilangan ibu adalah suamiku....

duh, kenapa bertolak belakang banget ya sama aku? hatiku mulai terbuka... hingga suatu saat, suamiku membawa majalah tarbawi yang khusus berbicara tentang ibu. suamiku tidak menyuruhku membacanya. dia hanya meletakkan majalah itu di sembarang tempat. sampai akhirnya majalah itu ada di tanganku....

duh... betapa periiih hati ini... betapa aku selama ini salah menanggapi cinta ibu. begitulah ibu hanya bisa mencintaiku dengan cara yang ibu pahami saja. cinta ibu bukan pada kata-kata lembut, tapi pada kata-kata kerasnya. karena hanya cara itu yang dipahaminya. tapi cinta ibu tetaplah seluas dan sedalam samudra... tidak terhitung sudah pengorbanan yang ibu lakukan sampai akhirnya aku bisa sampai di hari ini. semua itu adalah dari doa ibu.

betapa piciknya aku selama ini...

di lebaran kali ini... aku ingin sekali bersimpuh pada ibu dengan perasaan tulus... tak kuasa aku meneteskan air mata ini, bu....

maafkan aku ibu....

walau begitu... aku tidak ingin seperti dirimu dalam mendidik anak-anak. biarlah aku dengan caraku sendiri, bu. aku ingin anakku tahu sejak dini... betapa dia adalah kebanggaanku, ibunya, kesayangan ibunya, agar dia tidak salah paham nantinya....

13 komentar:

  1. hiks.... terharu bacanya, mbak.
    semoga segalanya akan jadi lebih baik.

    BalasHapus
  2. makasih mas... yang penting jangan pernah membiarkan jiwa anak beku. hangati terus dengan cinta. insyaAllah dia akan tumbuh menjadi orang yang penuh cinta.

    BalasHapus
  3. Jadi ingat doa Jibril yang diaminkan Nabi, salah satunya adalah mereka yg mendapatkan keduaorangtuanya masih hidup tetapi tidak memasukkannya ke surga...belum terlambat mbak, insya Allah

    BalasHapus
  4. iya mas. aku juga ga mau jadi anak durhaka. bersyukur aku punya suami penuh pengertian dengan sikap ibuku. mungkin beliau berpikir, beliau yang sudah ditinggal pergi ibunya sudah tidak bisa berbuat apa2. aku yang masih ada ibu kok menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk menyenangi hati orang tua. karena itu, aku sudah bertekad tidak ingin mengecewakan dan menyakiti hati orang tua. tinggal melakukan apa yg bisa agar mereka bahagia.

    BalasHapus
  5. aku nangis baca jurnalmu bun..
    maafkan semua kata ato tindakan Ibu yg bunda anggap salah
    bagaimanapun juga beliau adalah Ibu.

    BalasHapus
  6. iya mbak esti.. makasih, syukur aku masih diberi kesadaran itu sekarang2 ini... tidak ada kata terlambat bukan?

    BalasHapus
  7. sedih bgt Ummi.... sampe ga bisa nulis apa2 T___T

    BalasHapus
  8. jeng harus denger laguku nih... kapan2 ya kukirim.... btw, mungkin dikau coba cari tau sejarah masa kecil ibu. jadi mungkin kita bs paham akan personality ibu. biar ga salah paham juga.... :)

    BalasHapus
  9. mbak woro...... *peluk2*
    aku sedang merindu ibu dan bapakku, jadi makin rindu... ihiks

    BalasHapus
  10. aku udah tau mbak. aku juga maklum... alhamdulillah, sekarang ibu sudah berubah banyak... sudah bisa lebih menerima keadaan... sudah bisa ikhlas menerima apa pun ketentuan ALLAH.

    BalasHapus
  11. lah, emang jarang ketemu??? aku mah ketemu tiap hari hehe.

    BalasHapus
  12. paling cepet 2 minggu sekali. tp tetep kangen ma ortu ^_^

    BalasHapus
  13. selalu ada hikmah .... dibalik apa yang terjadi pada diri kita..
    kita menjadi seperti sekarang ini.. tentu berkat beliau.. bagaimanapun caranya... itu terbaik yang diberikan Allah melalui ibu...

    BalasHapus