Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Rabu, 22 September 2010

kerja di rumah bupuh

dua hari setelah libur lebaran usai. semua kembali ke rutinitas.

anak: mi, umi kelja ga?
umi: iya. maapin umi ya. nanti sore kita bisa maen lagi. boleh kan umi kerja?
anak: nggak boleh. (sambil glendotin uminya)
umi: kok nggak boleh.... (mata umi mulai berkaca-kaca)
anak: umi kelja di lumah bupuh aja. bupuh banyak uangnya!
umi: iya, tapi kan itu uang bupuh. bukan uang umi... (si umi paham maksud anaknya)
anak: hhmmm... (manyun)

*anak umi ini sudah pandai bicara dan protes. sabar ya nak. cuma itu yang umi bisa ucapkan. mungkin sebagian orang akan menjudge umi dan menyalahkan umi mengapa umi memilih bekerja daripada menjaga anak di rumah. silakan saja. yang jelas, umi punya alasan kuat memilih ini. segala kekurangan selama bekerja, umi usahakan untuk dipenuhi ketika umi di rumah. mohon doanya saja agar umi kuat menjalankan pilihan ini.*

libur lebaran 1431 H




bagi saya, libur lebaran kali ini cukup berkesan. saya yang sehari-harinya masih bekerja dan hanya libur saat weekend dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga, terutama dengan raihana. bersyukur juga saya mendapat cuti dari tgl 9-19 september. berarti, sepuluh hari saya bisa berpuas-puas bermain dengan raihana. sungguh menyenangkan.

lebaran pertama, setelah shalat ied di lapangan dekat rumah, sungkeman dengan anggota keluarga suami, dan mengunjungi tetangga-tetangga terdekat, saya sekeluarga langsung pergi ke rumah orang tua saya yang lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah. di sana, kakak, adik, adik ipar sudah berkumpul semua. raihana juga bertemu dengan sepupunya: Fatimah. suasana menjadi ramai. adik ipar yang orang bandung ternyata sudah menginap dua hari lalu di rumah ortu. tentu saja bintang tamu dalam acara lebaran ini adalah raihana dan fatimah. orang tua saya baru mempunyai dua cucu itu saja. belum nambah.

sorenya, saya pun kembali pulang ke rumah.

hari kedua dan ketiga syawwal, saya tidak ke mana-mana. suami sakit. pusing katanya. mungkin karena kelelahan juga karena 10 hari terakhir nonstop tidur menjelang subuh. selain itu ditambah sibuk jadi panitia itikaf di masjid dekat rumah. dua hari suami hanya tiduran di rumah. liburan hanya diisi maen masak-masakan, baca buku, lihat foto-foto di komputer. seru juga. aku sampai bosan meladeni permintaan raihana membaca buku. kok nggak kelar-kelar ya. tapi demi anak, rasa bosan itu sebisa mungkin dikurangi.

senin barulah kali jalan-jalan. itu juga dadakan agendanya. suami tiba-tiba ngajakin ke monas. ya oke deh. yang murah meriah saja. cukup naek kereta dari stasiun depok lama yang dekat dengan rumah. lalu turun di juanda. nyambung bajaj. sampe deh. raihana puas maen layangan.

esoknya, saya dan suami bersilaturahmi ke rumah bude di jakarta. lalu mampir sebentar ke rumah teman suami di bidaracina.

rabu, saya mengunjungi alia. sobat saya waktu kuliah di poltek ui dahulu. dia baru saja pindah ke rumah barunya di taman anyelir grand depok city. lumayan jauh dari cagar alam. musti naek angkot D10 untuk mencapai rumahnya. dari depan jalan raya ke dalam juga lumayan deh. tapi sesampainya di rumah alia, semua senang. raihana ada teman mainnya: Shila dan Tasqif. Cuaca di depok tidak bisa diprediksi. agar tidak kehujanan, buru-buru saya pamit pulang. dan ternyata benar. selagi masih di angkot, hujan sudah turun. akhirnya neduh dulu di ITC dan raihana pun maen sebentar di arena anak-anak.

esoknya, suami mengajak saya melihat rumah impian yang berada di ujung dunia sana. hehehe. abis jauh juga sih. di cileungsi. alhamdulillah, akhirnya kami bisa menyicil rumah di daerah itu. walau rumahnya kecil mungil, kami tetap puas karena semua adalah dari hasil jerih payah kami sendiri. kami sedang menabung untuk renovasi rumah mungil itu. suatu saat, saya akan menempati rumah itu dengan predikat baru: IBU RUMAH TANGGA. ya, saya bertekad, ketika pindah ke sana, saya sudah bisa melepas kerjaan saya ini. cita-cita sih ingin buka usaha dulu. atau mewujudkan impian menjadi PENULIS dengan menyepi di rumah itu. asyik juga kayaknya. suasana sekelilingnya masih sepi. viewnya adalah pegunungan. nyaman dan tenang. ah, semoga lekas menjadi nyata. amien.

jumat, tiba-tiba bupuh (ibu sepuh, neneknya raihana) sidak ke rumah saya. saat itu, raihana baru saja bangun. saya lihat jam, angkanya menunjukkan angka 6 pagi. wah, ada apa ini. ngobrol2 sebentar, lalu ibu tiba-tiba mengajak saya ke bandung. jalan-jalan saja. PP. wah, gimana ya. secara keuangan juga lagi pas-pasan, tapi saya juga tidak ingin mengecewakan ibu. saya izin ke suami kira-kira bagaimana. suami mengizinkan dan memberi saya uang saku. ah, makasih ya suamiku.... mungkin suami saya juga tidak ingin mengecewakan ibu. siap-siap sebentar, setelah raihana rapi dan selesai makan, saya pun berangkat. saya janjian dengan ibu di stasiun depok baru. suami kebetulan ada acara halal bihalal di kantor jadi nggak bisa ikut. hanya mengantar sampai stasiun depok baru. ibu sudah menunggu di sana. tak lama kereta ekspres depok datang dan kami pun naek menuju gambir.

di gambir saya sempat mampir dulu ke toilet wanita. mengenaskan sekali. memang, sekarang masuk toilet di gambir tidak perlu bayar alias gratis. tapi kok malah nggak terurus begini. lantai toiletnya banjir didiamkan saja. atau memang begini ya nasib tempat layanan publik. mentang2 gratis jadi asal-asalan. nggak mecing dengan stasiun gambir yang modern. ah, jadi curcol deh.

singkat cerita kami sampai di bandung pukul setengah dua siang. langsung meluncur ke masjid salman itb. ibu memang hanya mau ke situ saja. kalau saya, saya malah ingin segera mampir ke kantin masjid salman yang murah meriah itu. kangen juga dengan suasananya. namun sayang... kantin ternyata baru buka tgl 20. gigit jari deh. akhirnya kami makan di warung sekitar masjid saja. habis itu naek delman keliling taman. lalu menghabiskan waktu maen lari-larian di dalam taman. setelah itu, balik lagi ke stasiun bandung mengejar kereta yang jam 16.30. nggak capek? ya capeklah. apalagi bawa anak yang susah sekali duduk diam. ada saja yang dikerjakan. belum lagi kalau raihana minta gendong. mantaf deh gendong anak 13 kg.... saya malah ingin cepat-cepat pulang ke rumah. ingin segera minta pijitin abu raihana. begitulah ibu kalau bepergian. paling enggan mampir-mampir, paling enggan menginap di rumah orang. padahal di bandung ada menantunya, adik ipar saya. kan bisa istirahat sejenak di sana. tapi ibu tidak ingin mengganggu orang. ya sudah, akhirnya kami kembali ke depok. oleh2nya baju kotor raihana dan pegel di pinggang. hehehe.

sabtu, ada halal bihalal beberapa DPC di sawangan. suami saya yang terhitung salah satu pejabat agak ke teras, diundang datang. liburannya pun pindah ke sana.

ahad terakhir liburan, saya ajak raihana bersilaturahmu ke beberapa teman lama saya yang masih tinggal di depok. abu raihana tidak bisa mengantar karena dia ada janji dengan temannya. asyiknya jalan berdua raihana. saya selalu dapat hadiah ngegendong. saya cuma bisa berharap raihana tidak tertidur di angkot. kebayang deh susahnya turun dari angkot. dan benar, raihana tertidur di angkot. dari angkot saya harus naek ojek dari Dipo ke rumah. luamyan bener deh mindahin rai dari angkot ke ojek. sampai si ojeknya tiba di dekat rumah pun, raihana masih bobo... rada jumpalitan mengambil ongkos ojek di tas gemblok saya. sampai di rumah, saya letakkan raihana di tempat tidur. setelah shalat zhuhur, saya langsung rebahan di sampainya dan bobo sampai ashar menjelang....

malam harinya, saya merenung. besok sudah masuk kerja. ah, sedih juga....
sabar ya nak. umi akan menemani kamu di rumah suatu hari nanti. full!
Senin, 06 September 2010

izinkan aku untuk tidak menjadi dirimu.

sebentar lagi lebaran. di hari yang mulia itu, setiap anak biasanya sungkeman dengan orang tua. orang lain mungkin akan merasa haru bila bersujud dan mencium tangan orang tuanya, terutama ibu. namun, tidak denganku pada tahun-tahun lalu. kenapa? aku juga tidak mengerti. perasaanku biasanya sih datar-datar saja bila sungkeman atau mencium tangan ibu. berbeda bila aku sungkeman ke bapak... rasa haru langsung menyeruak. tak terasa air mata ini menetes mengingat kesan-kesanku bersama bapak sejak kecil dulu.

aku coba kembali mengingat masa-masa kecilku... barangkali ini yang menyebabkan rasaku datar kepada ibu. semoga cerita ini bisa diambil pelajaran untuk para ibu agar tidak salah dalam mengasuh putra-putrinya dan betapa pentingnya kehangatan hati seorang ibu dapat memberikan pengaruh kepada anak-anaknya.

jujur saja, sejak kecil aku hampir tidak pernah mengalami kehangatan hubungan dengan ibu. kalau ditanya kenangan apa yang paling berkesan bersama ibu, hampir tidak ada.

ketika aku berumur dua tahun, aku sudah mempunyai adik. otomatis, perhatian ibu hanya ke adik. setiap malam, aku dan kakakku tidur sama bapak. mandi sama bapak. BAB or BAK sama bapak. kalau lagi mati lampu, kita semua berkumpul mendengarkan dongeng dari bapak. ketika bapak mau pergi kerja, aku nangis pengen ikut bapak. kalau bapak kerja, aku biasanya diasuh oleh pengasuh. sosok ibu??? entahlah, aku tidak ingat benar. ibu yang aku ingat sejak kecil hanya ngomel2 saja. marah. mukulin anak. ingat dalam benakku ketika aku masih TK, aku punya keinginan minggat dari rumah. nggak betah.

ketika aku sakit, bukan belaian sayang yg aku peroleh, tapi omelan kenapa sampe sakit. hiks.

ketika aku pulang sekolah dari SD-SMA, kudapati rumah sudah sepi. tidak ada siapa-siapa. sepi hatiku. padahal saat itu aku mau curhat soal temanku di sekolah, soal ulanganku yang dapet nilai 90. ah sepi.... makanan memang sudah tersedia rapi. rumah rapi. ibu tentu membereskannya terlebih dulu sebelum pergi.

tapi tentu saja aku ingat kalau aku sayang ibu. aku pernah bela-belain nggak ikut praktik Fisika pagi saat SMP, hanya gara-gara aku ingin menyelesaikan jatah mencuci baju sekeluarga. Saat itu aku masuk siang. setiap pagi aku mendapat tugas mencuci baju semoa orang di rumah. Aku nggak ingin ibu yang mengerjakannya. aku nggak ingin ibu kecapean.

Aku juga ingat betapa aku sayang ibu. aku sedih bila ibu sedih. aku ingin ibu bangga dengan nilai-nilaiku yang bagus di sekolah. karena itu, aku berusaha keras belajar hingga aku selalu mendapatkan sekolah favorit di depok dan menjadi kebanggaan orang tua. tapi, tak pernah aku mendengar ucapan selamat dan bangga dari orang tuaku. entah, mungkin mereka mengucapkannya di depan orang lain tanpa aku mendengarnya.

aku sampai tidak tahu apakah orang tuaku bangga denganku. apakah mereka sayang padaku. tak pernah kata-kata itu terucap dari mulut mereka. 

yang ada malah, ibu menginginkanku menjadi dokter ketika aku sudah jatuh cinta pada dunia desain. aku malah ingin jadi arsitek. tapi karena tidak lulus UMPTN, aku masuk ke poltek UI tetap bergelut dengan dunia desain grafis. ketika ibu meminta aku ikut ujian lagi ke fak hukum, aku menolak dengan tegas. ketika ibu meminta aku daftar jadi pns di tempat bapak bekerja, aku menolak dan ogah jadi pns. aku merasa didikte. kenapa tidak dari dulu memberitahu keinginan itu, elakku. kalau sekarang aku sudah punya pilihan. akhirnya ibu mengalah. lalu kami tenggelam dalam dunianya masing-masing.

sampai akhirnya, aku melanjutkan kuliah di bandung. baru kali itu aku jauh dari orang tua. perasaanku, wow senaaaaaaaang sekali. merasa bebaaaaaaas! karena itu aku mungkin satu-satunya mahasiswa yang nggak pernah kangen kampung halaman. nggak kangen sama rumah. kalaupun pulang, itu karena aku kehabisan ongkos. parah bener kan.

setelah lulus, aku merasa berada di dalam sangkar lagi. lalu, aku ingin cepat menikah. ketika aku menikah, ingin rasanya aku nggak usah pulang-pulang ke rumah. aku bosan di rumah! aku menginginkan dapet suami orang jauh... yang akhirnya musti tinggal di kota laen. nggak musti pulang ke rumah. males aku mendengar omongan ibu.

tapi ALLAH punya rencana lain. aku mendapat jodoh orang depok juga. yang rumahnya gampang ditempuh dari rumah ibu. sehari ketika aku sudah pindah ke rumah suami, ibuku jatuh sakit. kalau kata adik-adikku, ibu sedih melepaskan aku. akhirnya aku mengalah. aku rutinkan untuk menjenguk ibu. nginep waktu wiken. ibu awalnya kurang cocok dengan suamiku ini. kurang cocok dalam artian, tidak sesuai dengan level yang diinginkan ibu. orang tua tentu ingin anaknya mendapatkan suami orang mapan. tapi aku tidak. aku malah bahagia bersama suamiku. apa pun keadaannya aku bisa terima. tapi tidak dengan ibu. lah, kenapa baru protes sekarang. dulu waktu taaruf aku sudah menceritakan semua kondisi suamiku ini. dan katanya ibu bisa menerima. ya sudahlah, biarlah waktu yang menjelaskan semuanya. pikirku.

setiap aku maen ke rumah, ibu selalu protes dengan pilihanku. ada saja yang diomongkan. kata-kata ibu yang begitu menyakitkan hati, aku terima saja. walau sesampai di rumah suami, aku akhirnya menangis tak tahan.... tanpa suamiku tau apa penyebabnya. begitu terus selama setahun.

lalu, lahirlah raihana. 40 hari bersama ibu setelah melahirkan, adalah neraka bagiku. aku menangis tiap malam. bahkan, sampai terpikir untuk minggat membawa anakku entah kemana. alhamdulillah... iman masih ada di dada ini. ASIku gagal total. bagaimana tidak, selama 40 hari aku harus mengikuti ritual ibu. nggak boleh tidur dari subuh sampai zhuhur. ashar ketika aku mau tidur... raihana sudah bangun dan setelah azan ashar aku harus segera mandi. malam... tentu nggak bisa tidur karena jatah begadang. ibuku memarahi aku. ibu ingin ketika raihana bangun malam-malam... aku tak perlu ikut bangun. biar suamiku yang mengurus bayiku. tentu saja aku tidak bisa seperti itu. raihana bergerak-gerak saja aku sudah reflek ikutan bangun. apalagi denger dia nangis... akhirnya aku pun kurang tidur... begitu selama 40 hari. setelah pindah ke rumah suami, barulah aku bisa tidur dengan enaaaaaaaaak.... tapi pikiranku tetap tidak tenang. aku masih stress.... omongan ibu masih terngiang2. jadilah raihana semampu aku merawatnya. bismillah saja. walau segala teori yang aku pelajari sebelum lahiran, menguap semuanya.... aku nggak lagi pusing musti harus begini-begitu. bismillah saja modalnya.

setelah 3 bulan melahirkan, aku harus masuk. cutiku sudah selesai. lagi-lagi ibu memberi ultimatum. raihana harus sama ibu, kalau tidak, ibu nggak akan mau seumur2 mampir ke rumahku. sedih banget. padahal aku sudah bertekad ingin menjauh dari ibu. lagi2 ancaman ibu membuatku kecut. lagi-lagi aku harus ketemu ibu tiap hari. ya sudah, bismillah saja.

protes ibu masih berlanjut. aku berusaha mewujudkan keinginan ibu sebisa aku. biar ibu nggak protes terus. waktu berlalu... suamiku ternyata tidak diam saja melihat sikapku terhadap ibu. berkali-kali dia mengingatkan aku akan cinta ibu. tanpa dengan nasihat yang panjang lebar... setiap aku berkeluh kesah tentang ibu, suamiku langsung menyetel nasyid tentang ibu.... kadang dia bercerita tentang ibunya ketika kecil. tentang perjuangan ibunya saat ditinggal ayahnya meninggal, saat suamiku dan saudara-saudaranya masih kecil-kecil. dari keluarganya, aku mendengar cerita kalau suamiku adalah anak kesayangan ibu mertuaku (alm). ketika ibunya sakit-sakitan, suamikulah yang merawat di rumah sakit... sampai akhirnya suamiku musti merelakan tidak lulus skripsi hanya gara2 merawat ibunya. sampai yang paling merasa kehilangan ibu adalah suamiku....

duh, kenapa bertolak belakang banget ya sama aku? hatiku mulai terbuka... hingga suatu saat, suamiku membawa majalah tarbawi yang khusus berbicara tentang ibu. suamiku tidak menyuruhku membacanya. dia hanya meletakkan majalah itu di sembarang tempat. sampai akhirnya majalah itu ada di tanganku....

duh... betapa periiih hati ini... betapa aku selama ini salah menanggapi cinta ibu. begitulah ibu hanya bisa mencintaiku dengan cara yang ibu pahami saja. cinta ibu bukan pada kata-kata lembut, tapi pada kata-kata kerasnya. karena hanya cara itu yang dipahaminya. tapi cinta ibu tetaplah seluas dan sedalam samudra... tidak terhitung sudah pengorbanan yang ibu lakukan sampai akhirnya aku bisa sampai di hari ini. semua itu adalah dari doa ibu.

betapa piciknya aku selama ini...

di lebaran kali ini... aku ingin sekali bersimpuh pada ibu dengan perasaan tulus... tak kuasa aku meneteskan air mata ini, bu....

maafkan aku ibu....

walau begitu... aku tidak ingin seperti dirimu dalam mendidik anak-anak. biarlah aku dengan caraku sendiri, bu. aku ingin anakku tahu sejak dini... betapa dia adalah kebanggaanku, ibunya, kesayangan ibunya, agar dia tidak salah paham nantinya....