Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Senin, 21 Juni 2010

(untuk ibu2) baru saja baca hadits ini: Dari Abu Umamah, ”Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ”Kemudian Jibril a.s. bertolak meneruskan perjalanan bersamaku, tiba-tiba aku melihat wanita-wanita yang kedua payudaranya diteteki oleh beberapa ular.” Kemudian aku bertanya, ”Kenapa mereka itu?” Kemudian ada yang menjawabku, ”Mereka adalah wanita-wanita yang menghalangi anak-anak mereka dari air susu mereka.”” (HR Al-Hakim, dia menyatakannya hadits shahih).

yang tersisa dari PKS

Munas II PKS baru saja berlalu kemarin. Hiruk pikuknya sudah tidak terasa lagi. Tapi masih ada yang tertinggal. Kesan-kesan yang muncul dari pemilihan tempat, penetapan kebijakan PKS menjadi partai inklusif, diterimanya nonmuslim dalam kepengurusan, dan pro-kontra terhadap itu semua.
 
Bila disimak, pro-kontra yang muncul di dunia maya begitu ramai. Ada yang mendukung, mempertanyakan, mencemooh, bahkan memaki pun ada. Komplite pokoknya. Yang ngasih komentar sebagian besar (ngakunya) orang Islam. Bahkan ada yang (ngaku) kader PKS juga. Aku memakai kata “ngaku” karena identitas di dunia maya begitu absurd. Tidak jelas. Bisa aja kan orang pakai ID tertentu untuk tujuan tertentu. Wallahu ‘alam.

Yang menjadi perhatianku, sepertinya apapun yang dilakukan PKS pasti menuai panen komentar baik di millis, blog, portal berita, dll. Memangnya ada apa sih dengan PKS sampe orang-orang begitu semangatnya memberi komentar. Apa istimewanya PKS? Hayoo jawab….

PKS ngomong A… langsung komentaaaaar… PKS melakukan B… panen komentaaar…. Hebat bener ya PKS itu. Jadi bikin aku makin penasaraaaaan….

Jujur saja, pada awal berdirinya PKS (yang dulu masih PK), aku termasuk orang yang kurang simpati kepada PKS. Ngapain sih cape-cape bikin partai? Aku tanya ke banyak orang kenapa musti bela-belain PKS. Dah gitu agenda ruhani jadi banyak disisihkan hanya untuk membahas PKS. Aku kan lagi butuh siraman ruhani, bukan politik…. Sampai-sampai aku enggan diamanahi apapun yang masih berkaitan dengan PKS. Aku nggak mau kena label politik aliran tertentu. Apalagi ikutan Direct Selling. Apaan tuh? Dah gitu aku bergaul dengan orang-orang yang membelakangi PKS. Makin parah deh.

Namun, jujur juga… di dalam hati kecilku… aku nggak bisa berpaling dari PKS. Setiap gerak-geriknya aku perhatikan. Orang-orang yang aktif di dalamnya pun aku perhatikan. Apa benar yang dikatakan orang kalau banyak aleg yang lupa daratan setelah dapet kursi di DPR? Apa benar banyak yang bermewah-mewahan? Apa benar partai ini hanya haus kekuasaan? Apa benar partai ini sudah menanggalkan Islam sebagai identitas?

Berita-berita di media massa tentang dirinya selalu aku baca. Berita di televise aku tongkrongi.

Akhirnya aku menemukan jawabannya. Jawaban itu tidak perlu aku cari jauh-jauh. Semuanya ada di sekitarku. Aku selama ini hanya menutup mata. Tidak mau melihat secara obyektif. Hanya prasangka yang aku kedepankan. Toh ternyata realitas di lapangan begitu berbeda dengan apa yang aku pikirkan.

Cobalah tengok mereka yang berada di level bawah. Mereka hanyalah kumpulan orang ikhlas yang ingin melakukan banyak kebaikan untuk masyarakat. Mereka rela mengorbankan waktunya untuk membantu masyarakat mengurus SKTM untuk keluarga tak mampu. Mereka berjibaku merancang kegiatan-kegiatan sederhana yang manfaatnya dapat langsung terasa oleh masyarakat sekitar, mereka langsung terjun ke daerah-daerah bencana tanpa menunggu komando pimpinan atau menunggu diekspos media. Mereka bahkan rela merogoh dompetnya untuk membantu masyarakat sekitar, membantu rakyat Palestina tanpa harus disuruh. Bahkan ada umahat yang rela membagi waktunya mengurus keluarga, juga mengurus ibu-ibu di sekitar rumahnya.

Ketika aku tanya kepada mereka, apa yang mereka cari? Jabatan? Kekuasaan? Tidak, mereka tidak mengharapkan itu semua. Bahkan mereka banyak mengeluarkan dana dari kantong sendiri untuk kegiatan-kegiatan itu. Bagi mereka ini sebagai ladang amal dan bekal amal saleh untuk di akhirat nanti. Lalu, kalau tidak memperolah apa-apa dari PKS mengapa mau seperti itu? Mereka hanya menjawab, ini adalah bagian dari dakwah yang ingin memberi sebanyak-banyaknya kebaikan untuk orang banyak.

Aku juga pernah bertanya, mengapa sih PKS seperti mengejar kekuasaan? Mereka menjawab kekuasaan itu perlu untuk mengamalkan nilai-nilai Islam yang universal. Top to down. Sebenarnya, bila PKS yang memimpin, masyarakat tidak akan dirugikan sama sekali. Bahkan diuntungkan. Semua kader PKS yang diamanahkan sebagai pemimpin harus bisa menjadi pelayan masyarakat. Korupsi harus diberantas. Kebocoran dana harus diminimalisasi agar bisa dialokasikan untuk pendidikan dan kesehatan yang bisa dinikmati langsung masyarakat luas.

Namun untuk mencapai niat tersebut tidaklah mudah. Banyak halangan dan rintangan. Orang-orang yang tidak suka akan terus berupaya melemahkannya dengan berbagai upaya. Dari dalam dan dari luar.

Pesanku, cobalah melihat dengan hati jernih, lapang, dan jauh dari prasangka. Lihat bukti kerja nyatanya. Kalau hanya omdo ya jangan diikuti.

Dan sekali lagi, jangan “membaca” PKS dari pejabat yang sering nongol di tivi saja. Cobalah lihat ke pelosok-pelosok. Anda akan tahu bedanya.

Anda akan tahu jawabannya.

Wallahu’alam.
Jumat, 18 Juni 2010

Dengan ongkos Rp. 3.500,- bisa keliling Jakarta part 2

dari shelter Gelora Bung Karno, worwor menaiki busway yang menuju jakarta-kota. setibanya di dukuh atas sesuai dengan informasi dari petugas, worwor turun. celingak-celinguk sejenak. lah, ke mana lagi nih. dari papan informasi yang ada di seberang pintu, arah balik itu menuju blok m. lalu di mana tempat transit yg mau ke kampung mlayu?

tiga menit celingak-celinguk, akhirnya terlihat papan pemberitahuannya. ternyata ada pintu lain menuju shelter dukuh atas 2. worwor mengikuti jalan itu. wah, jauh juga ya. jalannya berkelok-kelok. mungkin ada sekitar 500 meter jaraknya. shelter dukuh atas 2 ini ada di seberang jalan Thamrin. Jl. Kendal kalau tidak salah.

worwor berdiri di salah satu pintu masuk busway. oh ya, karena worwor tidak musti keluar shelter, dia jadi tidak perlu bayar ongkos lagi.

lalu, ada dua bus masuk. satu penuh, satu kosong. ah, naek yang kosong saja. begitu pikir worwor. alhamdulillah dapet tempat duduk.

lagi asyiknya
menikmati perjalanan, worwor merasakan ada yang aneh. bus yang penuh di depan itu lurus. sedang bus yang dia naiki kenapa belok kanan? dengan perasaan agak sedikit waswas, worwor mencoba menyelidiki apakah sudah benar jalur bus yang dia naiki.

oalaaah... ternyata
worwor salah naik! dia naik bus jurusan ragunan! waduuh. terbayang dalam pikiran worwor kalau benar dia sampe ragunan. kan ragunan masih jauh dari depok? terbetik dalam pikirannya bagaimana kalau turun saja di shelter berikutnya. ibarat naek kereta api, kalau salah turun stasiun kan bisa balik lagi.

"mbak, kalau mau ke matraman turun di mana?" selintas
worwor mendengar suara orang bertanya ke petugas  bus yang kebetulan cewek. ternyata ada juga penumpang yang salah naik.

"turun di halimun aja mas, dari situ semuanya lewat matraman kok."

worwor yang kebetulan mendengar pembicaraan itu merasa menemukan jawaban yang sama.

sip deh. sampai shelter halimun,
worwor turun dan naek bus yg ke arah pulogadung. sebelum jl pramuka pasti lewatin matraman.

sejenak
worwor memandangi sekeliling. walah... kok sampai di manggarai segala ya. pasar rumput juga dilewati. bener2 jalan-jalan ini namanya.

jalanan cukup lancar. sedikit sekali yang macet, mungkin karena saat itu masih jam kantor.


akhirnya sampi juga di matraman.

oalaah... ternyata dari matraman,
worwor harus berjalan kaki lagi menuju shelter transit yang ada di seberang jalan. lumayan pegel nih kaki.

tak apa-apalah. yang penting cepat sampai. begitu pikir
worwor.

di shelter seberang,
worwor akhirnya bernapas lega. dia sudah merasa berada di jalur yang benar. dari matraman dia naik bus yang ke kampung mlayu dan dari kampung melayu, dia tinggal transit sekali lagi menuju pasar rebo... alhamdulilaaah....

kurang dari satu jam perjalanan hingga sampailah
worwor di shelter fly over jalan raya bogor. dari situ dia tinggal naik angkot ke terminal depok... dan akhirnya sampai juga di rumaaaaah....

senang? tentu saja. pikiran lumayan fresh. asal tahu saja, kalau
worwor sedang suntuk begitu, obat yang mujarab buat dia adalah jalan-jalan.

dari pengalamannya ini,
worwor ingin sekali jalan-jalan ke kemayoran naik busway dari pasar rebo. lumayan kan dengan ongkos 3.500 (kalau nggak naik lagi ya tarif ongkosnya) worwor bisa ke mana saja. Blok m, kota, pulogadung, kemayoran, ancol.... kapan-kapan ya.

tiap orang pasti punya cara berbeda-beda untuk menghibur diri.

nah, bagaimana dengan anda? apa yang anda lakukan ketika pikiran suntuk?

**ceritanya lagi latihan nulis.

Dengan ongkos Rp. 3.500,- bisa keliling Jakarta

Worwor, si penduduk depok yang lagi norak, kamis kemarin sedang suntuk. Pikiran mumet. Butuh refresing kayaknya. Kamis pagi itu kebetulan ada saudara yang memerlukan pertolongan. Dia pun izin sebentar nggak ngantor. Ingin mengantarkan saudaranya itu berobat.

Setelah selesai urusan dengan saudaranya itu, Worwor harus segera ke kantor. Di sana pekerjaan menanti. Belum lagi harus menyelesaikan urusan relasi yang siang-malam-sore sudah meng-SMS-nya meminta jawaban.

Tiba-tiba (ini kata yang sangat disukai anaknya, raihana), terlintas ide untuk cuti saja sekalian. Enak nih kalau bisa sekalian refreshing. Oke ga tuh idenya? Akhirnya wowor meng-sms kantor minta cuti mendadak. Mengingat otak sudah overload.

“Mau ke mana ya?” Itu yang terlintas pertama kali dalam otaknya.
“Ah, nelepon Yayang aja. Barangkali masih di sekitar depok.”
Si wowor segera mengeluarkan HP dari tasnya. Dicarinya kontak bernama abang cayang lalu ditekannya tombol call.

Nuuut… nuuut… nut…. Nada tersambung.

“Ada apa, Mi” yayangnya ternyata langsung merespon.
“Abi ada di mana? Jadi ke PKS Expo hari ini? Umi ikut doooooong!”
“Lah, umi emang ga ngantor?”
“Cuti,” jawab Worwor pendek.
“Oke deh, abi jemput umi. Sekarang ada di mana?”
Si worwor segera menyebutkan lokasi di mana dia berdiri. Hanya menunggu 10 menitan, sebuah motor bebek muncul dengan penunggangnya yang ganteng.

Kedua orang itu pun meluncur ke PKS EXPO.

Sesampainya di sana, acara baru saja dibuka. Yayang si Worwor segera menuju standnya. Kebetulan DPC-nya membuka stand jadi bisa ikutan nebeng produk teranyar. Worwor pusing tujuh keliling melihat produk-produk yang dijual. Semua bikin ngiler. Daripada terlalu lama ngiler nggak ada juntrungannya, akhirnya Worwor mengambil keputusan untuk segera chau saja dari situ.

Worwor diantar abang cayang ke ojek terdekat, Worwor meluncur menuju shelter busway terdekat, Gelora Bung Karno. Dia ingin ke Pasar Rebo dengan naik busway. Teringat pengalamannya dulu sewaktu dari Gramedia Matraman bisa pulang ke depok dengan busway, Worwor berpikir dari senayan ini bisa juga sampe Pasar Rebo. Tadi dia baru saja melihat isi tasnya hanya ada Rp.10.000 untuk sampai ke Depok. (nggak punya dompet). Dengan asumsi, ongkos busway 3500, dari pasar rebo ke terminal depok 4000, dan ongkos ke rumah 2500. pas kan? Hehehe.

Dengan pede Worwor bertanya ke petugas shelter di mana dia harus transit untuk sampai ke Pasar Rebo. Oh, turun di Dukuh Atas, nyambung ke yang kampong melayu. Begitu arahan dari pak petugas. Okelah….

Tak lama, busway pun datang…..

Bersambung… dah mau pulang nih. Besok kita lanjutkan lagi petualangan Worwor. Sampaikah dia ke depok dengan ongkos terbatas, naek bus berAC, dapet tempat duduk nyaman?
Senin, 14 Juni 2010

beralih profesi

kagok...
nervous...
ngeblank...

itu yang pertama aku rasakan ketika di awal tahun ini aku ditunjuk menangani bagian yang kursinya kosong ditinggal pergi penghuninya terdahulu. bingung mau ngapain... syok... but life must go on. begitu kata orang bijak. akhirnya dengan mengucapkan bismillah, aku bertekad untuk mencobanya.

sebelumnya, aku lebih banyak menangani sisi desain pembuatan buku. jarang sekali aku menangani penaskahan, membuat schedule, apalagi merancang buku apa yang mau diterbitkan. pengetahuanku soal dunia perbukuan tidak terlalu banyak walau aku suka membaca buku. tulisan-tulisan pun sedikit sekali yang aku buat belakangan ini. masa-masa produktif menulisku lebih banyak ketika aku masih di bangku sekolah. ketika kuliah, masih mendinganlah... setelah menikah... duh, boro-boro deh. untuk membaca buku saja aku kesulitan meluangkan waktu.

kini, pekerjaanku menuntut aku untuk mampu menilai, memilah, memikirkan kemungkinan-kemungkinan masa depan si buku... dan ini yang agak sulit buatku, membangun hubungan baik dengan relasi-relasi penerbitan. aku bukan orang yang termasuk ramah dalam bergaul, cenderung cuek, dan tidak pandai berbasa-basi.

namun itu semua harus kujadikan tantangan untuk meningkatkan potensi yang mungkin saja lama terpendam dalam diriku.

ah, aku kadang merasa menyesal... kenapa dulu tidak begini... mengapa dulu tidak begitu... tapi itu tidak penting lagi bukan?

setelah beberapa bulan nyemplung di sini, aku baru menyadari betapa dunia buku Indonesia itu begitu luaaas dan indaaaaah. mengenali penulis-penulisnya yang subhanallaaaaaah begitu cinta dengan profesinya dan karya-karyanya yang menggugah. membuatku salut.

dulu, aku baru mengenal penulis yang suka mampir di tempatku ini. tipenya macam-macam. ada yang baik, ramah... ceria, dan ada juga yang ah, sudah, tak perlu menceritakan hal itu lagi deh. hanya membuatku mual.

aaaaaaaah... kapan ya aku bisa jadi penulis???????????