Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Kamis, 11 Juni 2009

hikmah di balik reality show "masihkan kau mencintaiku?"

Kemaren malam, aku melihat sebuah acara baru di tipi:”Masihkah kau mencintaiku?” udah ada yang pernah nonton? Ini acara baru. Aku baru liat dua kali. Acara ini cukup kontroversi karena ada yang menganggap isi acara ini hanyalah membuka aib keluarga ke publik. Tapi hal itu dibantah oleh yg punya acara. Mereka bilang, ini bukan untuk membuka aib, tapi lebih untuk sharing, berbagi kisah, dengan harapan pemirsa dapat memetik hikmah dari kisah ini.

Untuk menghindari kesan ini membuka aib, para peserta diberikan nama samaran dan memakai topeng. Jadi orang tidak tau siapa mereka sebenarnya. Oh ya, peserta kontestan adalah sepasang suami istri yang memiliki masalah berat di keluarganya dan terancam cerai. Keluarga seperti anak, mertua dan orang tua juga hadir di sini. Acara ini bertujuan menjembatani komunikasi yang terputus dan mencoba untuk mencegah perceraian itu. Acara ini juga didukung oleh dua orang psikolog yang cukup ternama sebagai penyeimbang dan pemberi masukan konstruktif kepada pasutri yang bermasalah ini.

Di acara inilah mereka hendak didamaikan kembali, salah satunya dengan memberikan pertanyaan2 yang sama kepada suami dan istri. Pertanyaan kepada suami diberikan diluar siaran (sudah direkam terlebih dulu). Sedangkan pertanyaan ke istri baru diajukan di dalam acara. Apabila jawabannya macth... maka di akhir acara mereka mendapat hadiah cincin berlian dan liburan ke tempat yang tenang (untuk hanimun kale). Kalo banyak pertanyaan yang macth, itu pertanda mereka masih layak untuk bersama.

Kisah pertama yang aku tonton adalah kisah pasutri yang istrinya kini memiliki posisi dan karir yang lebih dari suaminya. Itu membuat dia jarang di ruamh. Anak2nya sudah remaja. Menurut si istri, dia bekerja sudah dengan persetujuan suami. Bahkan suaminya yang mendukung dirinya untuk memgambil jabatan tinggi yang ditawarinya itu. Konsekuensinya, si istri jarang di rumah. Si suami merasa sang istri sudah melupakan kewajibannya sebagai istri. Ya maklum, si istri pulang ke ruamh dalam keadaan lelah. Semenjak itulah mereka sering bertengkar sehingga membuat muak anak2nya. Sang anak pun mengungsi ke ruamh neneknya.

Pertengkaran itu sudah berlangsung selama 2 tahun. Selama dua tahun itu pula si suami terus menuntut haknya. Menginginkan si istri kembali seperti dulu lagi. Si istri pun protes, karena selama dua tahun ini pula si suami berubah perangai, tidak romantis lagi... tidak sayang lagi. Si suami merasa dirinya sudah berusaha memberitahu si istri tentang kelalaiannya. Namun si istri tetap tidak terima. Pertanyaan apakah mereka saling cinta, saling sayang, bahagia atau tidak dijawab tidak match. Si suami merasa dia masih sayang tapi si istri merasa suaminya sudah tidak sayang lagi padanya.

Awalnya, aku menganggap si istri memang sudah lalai terhadap tugasnya sebagai ibu dan sebagai istri. Tapi, hati kecilku berkata, kan semua keputusan dia juga sudah atas persetujuan suami? Mengapa suaminya tidak mau mengerti? Kalau tidak mau seperti itu ya jangan setuju waktu itu. Namun menurut psikolog waktu bisa mengubah segalanya. Si suami jadi berubah pikirannya melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yng diinginkannya. Mungkin alasan utama si suami lebih ke peningkatan ekonomi. Dengan istrinya bekerja, kondisi keuangan keluarga bisa lebih baik lagi. Tapi sepertinya menurutku, si suami tidak mempertimbangkan konsekuensi logis dengan keputusan itu. Sebagai istri bekerja aku cukup paham dengan konsekuensi2 itu. Jadi ya, klo emang begitu keputusannya kenapa nggak mau nerima resikonya? Kenapa sekarang malah protes? Walau memang wajar apa yang diharapkan si suami. Tapi kok baru protes sekarang?

Anak2 mereka semua lebih simpati kepada ibunya yang memang di mata mereka si ibu telah menjadi korban kegalakan ayahnya. Ayah mereka yang dulu lembut kini terlihat kasar dan galak. Sang ayah pun selalu berdalih bahwa semua yang dia lakukan demi keutuhan keluarga. Ia ingin menasihati ibunya agar berubah. Lalu sang ayah berjanji akan mengubah semua sikapnya. Dia berjanji tidak akan mengulangi sikapnya yang membuat keluarga tak nyaman. Nah, sepertinya masalah sudah hampir selesai. Tapi sang istri tetap saja bertahan tidak ingin bersama lagi. Dia merasa tidak tahan dengan sikap si suami selama dua tahun ini yang begitu berubah 180 derajat.

Sepintas, yang mengikuti acara itu akan begitu gregetan dengan si istri. Mengapa tetap saja menginginkan berpisah? Padahal si suami sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi, si suami masih sayang dengan dirinya dan keluarganya. Si suami menginginkan keluarganya kembali utuh seperti dulu lagi. Aku cukup simpati dengan janji si suami. Namun si istri tetap saja tidak mau. Kenapa???

Setelah didesak terus dan bertanya mengapa si istri tidak mau kembali lagi ke suaminya... di sinilah antiklimaksnya.... si istri dengan menangis histeris membuka lengan bajunya... dan di situ tampak warna biru legam di tangannya. Semua terhenyak! Ternyata apa yang terjadi lebih dahsyat dari dugaan. Telah terjadi KDRT. Si istri mengaku bukan hanya itu luka yang ada. Masih ada di bagian tubuhnya yang lain. Kontan saja, si anak marah kepada ayahnya. Selalai-lalainya istri terhadap kewajibannya, bukan berarti sah-sah saja si istri dipukuli demikian rupa.

Si suami tampak terpukul sekali. Dia mengaku menyesal terhadap semuanya. Dia mengaku terlalu emosi sehingga mudah ringan tangan. Dan itu terjadi karena dipicu meningkatnya karir sang istri....

Namun sang istri sudah tidak tahan lagi. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu sambil terus menangis.

Semuanya terhenyak....

Aku dan suami yang menonton pun terhenyak.....

Dian nitami yang menjadi host acara itu turut terbawa emosi. Baginya, bagaimanapun salahnya sang istri, sang suami tidak berhak memukulnya atau melakukan kekerasan lainnya.

Menurut psikolog yang hadir juga menganggap bahwa masalah ini sudah begitu kompleks. Dibutuhkan bimbingan psikolog untuk pasangan ini bila benar2 mau memperbaiki hubungan yang ada.

Hikmah yang aku dapat dari episode ini adalah begitu pentingnya komunikasi yang baik antara suami dan istri. Bila ada masalah, harusnya dibicarakan baik-baik, dalam kondisi pikiran tenang. Tidak emosional seperti itu. Karena akibatnya bisa lebih buruk lagi. Alih-alih ingin memperbaiki malah memperburuk keadaan.

Lalu, ego. Masing2 haruslah tidak mementingkan ego masing2. harus ada yang mengalah. Sebagai istri mungkin yang harusnya lebih sering mengalah. Bila suami memang tidak mengizinkan lagi bekerja, ya aku rela saja berhenti.  Keutuhan keluarga adalah segalanya. Komitmen kebersamaan yang dibangun pasca akad nikah harus terus dijaga.

Tapi dengan syarat tidak ada kekerasan di dalamnya.

Terlepas dari kontroversi terhadap acara ini... direkayasanya atau tidak, aku mendapatkan hikmah yang banyak. Karena mungkin kisah2 di dalam acara ini adalah potret nyata dari kondisi keluarga indonesia masa kini di mana tingkat perceraian semakin tinggi. Apakah yang salah dari kondisi ini? Itulah yang ingin diperbaiki....

Episode kedua yang aku tonton kemarin malam lebih seru lagi... bersambung deh!

14 komentar:

  1. iya betul ambil saja hikmahnya dari acara reality show macam ini terlepas itu benar dan tidak. have a nice day.

    BalasHapus
  2. aku ga suka euy sama acaranya, apalg sama hostnya.. :D

    BalasHapus
  3. hehehe. aye juga kadang mikir.. kok helmy ya yg jadi hostnya.. kan dia sendiri mungkin dianggap gagal menjaga keutuhan keluarganya... tapi niatnya mah ambil hikmahnya aja. yg diliat juga ga semua episode. liat dulu episodenya cocok ga ama maslah aku hehehe. klo ada kemiripian boleh deh buat bahan diskusi masukan2nya. hehe. tetep difilter yee.. jangan mudah kemakan juga...

    BalasHapus
  4. ya, liat ada solusi positifnya juga ga buat kita. klo ga ya ganti channel ke tvone ajah deh...

    BalasHapus
  5. sebenarnya mau direkayasa atau tidak, dr kisah sinetron atau kisah nyata kita semua bisa belajar. Mungkin kita pernah melakukannya taau kalau belum yaa menjaga supaya tidak terjadi hal buruk yg dialami orang lain.

    BalasHapus
  6. isi acaranya bagus ya mbak, cuma penasaran beneran atau boongan sih??

    BalasHapus
  7. ya ga tau sih beneran apa boongan... tapi klo dari pengalaman2 reality show laen sih bisa aja ada yg dilebih2kan biar terkesan dramatis. tapi isinya bs jadi pelajaran....

    BalasHapus
  8. ingat acara the nanny yg di metro? lama2 juga kayak direkayasa. nggak mungkin semua bisa undercontrol hanya dalam waktu 1 minggu.... tapi sekali lagi... isinya bisa bermanpaat. hehe.

    BalasHapus
  9. kita intip ruang rekamannya yuuk! biar tau.. bs juga jg sih boongan... tapi ambil positipnye.

    BalasHapus
  10. ni tetangge males nonton pan blon tau gimenong menjaga isi '2 kepala' dalam hubungan serius, saling percaya n itu kudu langgeng...mangkenye...cobain daah...:P

    btw, meski aye blon pernah nonton, mba oyo...mgkn kite bisa banyak belajar yah

    BalasHapus