Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Selasa, 29 Juli 2008

pertama dan pertama kalinya hari libur jadi hari kerja.

di kalender, jelas hari ini hari libur. tanggal MERAH. hari isra' mi'raj. semua orang asyik berlibur di rumah atau ke mana kek selain ke tempat kerja.

tapi apa yang terjadi? aku tetap harus masuk kerja. bukan lemburan. tapi hari kerja biasa.

ini akibat seringnya listrik mati bergilir. setiap kantorku mendapat giliran, berarti ada hari libur yang siap2 dijadikan pengganti hari saat listrik mati.

sepertinya, SKB menteri tentang hari kerja diganti pada hari libur sudah dilaksanakan di sini.

huhuhu.

yang terbayang kini, senyum raihana di rumah yang sedang asyik berduaan dengan abinya.

*ngiridotkom*

Jumat, 25 Juli 2008

si putri kecilku kena cacar api

cacar api atawa cacar monyet (silakan ketawa ya neng!) bahasa kerennya itu impetigo. cacar ini disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus. biasanya menyerang bagian tubuh di dada, punggung, atau ketiak.

gejala awalnya tidak disertai demam, hanya bintik merah, seringnya disertai biang keringat. karena itu aku awalnya menganggap itu bintik biasa (biang keringat). lalu muncul gelembung, pecahnya cepet loh. lalu muncul deh seperti bekas luka tersundut rokok. hiks....

awalnya rai hanya punya satu titik luka itu saja. aku bawa ke puskesmas dikasih antibiotik dan salep. aku treatment dengan mandi pake antiseptik, cuci baju rai dengan antiseptik, kasih makan yang bergizi (jus jeruk aku banyakin). aku olesin salep dari puskesmas. atas desakan nenek-kakek, antibiotiknya aku kasih ke rai (hiks...) tapi beberapa hari kemudian kok nggak kering2 ya lukanya. malah bertambah bintik2 merah bergelembungnya.

nenek-kakeknya dah panik. minta segera dibawa ke dokter anak. awalnya aku masih memberi kesempatan obat dari puskesmas untuk bekerja. mungkin masih taraf penyembuhan. si rai juga happy2 aja tuh alias nggak panas, masih super lincah, makannya doyan, susu doyan... tapi kok, ternyata memang lama sekali ya keringnya....

kakek neneknya ga tega liat rai begitu, akhirnya ga mau dulu ngasuh rai. jadilah sang emak bolos kerja jagain rai sampe sembuh.

karena nggak tahan mendengar desakan nenek-kakeknya rai, juga rasa ga tega liat si kecil kegatelan, aku bawa juga ke dokter anak di hermina. dikasih resep antibiotik baru, salep baru, dan obat antivirus (kayak komputer aja deh si rai).

aku menyesal udah terlanjur memberikan rai antibiotik dari puskesmas. setelah tanya sana-sini, mau ga mau antibiotik itu harus dihabiskan dulu. aku nggak menebus obat oral dari dokter anak itu, yang aku tebus hanya salepnya aja. merek salepnya: bactroban. salep paten dengan harga PATEN!

ternyata emang paten deh salepnya. nggak lama kemudian, tiga hari luka2 rai dah kering dan sembuh.

alhamdulillah, rai sembuh, kakek nenek riang!

pesan moral:
1. kakek-nenek cerewet itu pertanda sayang ama cucu, jangan dicuekin gitu aja. dengarkan yang baiknya.
2. jangan meremehkan sakit anak (apalagi masih di bawah satu tahun).
3. masih perlu banyak belajar tentang penyakit2 anak dan cara menanggulanginya, biar nggak kebanyakan ke dokter dan minum obat (yang mengakibatkan kanker 'kantong kering' ortu).
4. mencegah lebih baik daripada mengobati!
Minggu, 20 Juli 2008

penerbitan vs percetakan

sebenernya ini adalah salah kaprah model lama. dari zaman kuliah di TGP Poltek UI sampe sekarang orang kebanyakan suka salah kaprah menyamakan penerbitan dan percetakan.

seperti tadi, waktu berangkat ke kantor, aku turun di jalan juanda. waktu mau naek ojek, aku ditanya ama pak ojek,

"ke mana mbak?"
"ke G*** I*****"
"percetakan. mbak?"

huhuhu... karena males ngejelasinnya, cuma bisa jawab, "iya."

padahal kan, aku kerja di penerbitaaaan! bukan percetakaaaan!
rada nelongso hati ini.

loh emangnya kenapa? tentu saja beda.
waktu kuliah dulu, jurusan kami aja udah dibagi 2 antara penerbitan dan percetakan (baca:teknik Grafika). di penerbitan, kami lebih banyak belajar tentang proses menerbitkan sebuah media dari materi mentah sampai akhirnya siap jadi sebuah media cetak yang enak dibaca. setelah itu, program studi teknik grafika yang belajar bagaimana mencetak materi siap cetak media itu (buku/majalah/koran/iklan). di teknik grafika ini lebih banyak matakuliah teknik-teknik cetaknya.

dari segi arti juga beda.

penerbitan:
pe·ner·bit n 1 orang dsb yg menerbitkan; 2 perusahaan dsb yg menerbitkan (buku, majalah, dsb).
pe·ner·bit·an n 1 proses, cara, perbuatan menerbitkan: ~ majalah dinding di sekolah itu diawasi oleh guru bahasa Indonesia; ~ majalah yg menampung kegiatan para remaja patut mendapat perhatian para pendidik; 2 pemunculan; 3 urusan (pekerjaan dsb) menerbitkan (buku dsb): dl ~ ini sengaja dimuat foto pelajar teladan; dl organisasi yg diterjuninya ia menangani bidang ~ (KBBI online)

percetakan:
per·ce·tak·an n 1 tempat (perusahaan) cetak-mencetak (buku dsb); kantor cetak: buku-buku ini dicetak di ~ yg ada di kawasan industri; 2 perihal cetak-mencetak; segala sesuatu yg berhubungan dng cetak-mencetak: para pengusaha ~ tidak lepas dr norma dan kebiasaan itu;
pen·ce·tak n 1 orang yg pekerjaannya mencetak buku dsb; tukang cetak; 2 perusahaan (orang) yg mencetak; 3 alat dsb untuk mencetak.
(KBBI online)

tuh, beda kaaan? aku kan bukan tukan sablon, or tukang cetak... hiks. hiks...

tapi tak sepenuhnya salah sih si tukan ojek itu karena di tempatku kerja ini, ada juga sih percetakannya. hehehe.

tapi tetep aja kok ga rela ya dibilang kerja di percetakan. aku kan ga ngerti proses cetak mencetak kayak gitu... ngertinya cuma ya ngedit (kurang jago), or ngelayout (lumayan bisa deh).
Minggu, 06 Juli 2008

cinta itu bukan menyayangi orang yang sempurna

"Cinta itu adalah bukan menyayangi orang yang sempurna, tetapi Cinta itu adalah menyayangi orang yang tak sempurna dengan cara yang sempurna"
<add id = hikmaharian>

baru beberapa menit lalu aku dapet kiriman ini. jadi teringat seseorang dan tersentuh ingin nulis sesuatu.

----------------

jujur ya, paling susah loh menerima kekurangan orang lain. komentar kita selalu kok gini sih, kok gitu sih. kita seringnya siap menerima segala kelebihan2 seseorang. abis dah terima enak. hehehe.
coba bandingkan ketika kita telah mengetahui kekurangannya. duuuh, bikin bete klo dirasa-rasanin. keseel... kecewaaa... kenapa? ya karena mungkin itu jauh dari apa yang kita harapkan dan kita sendiri nggak suka dengan itu.

contoh, kita punya temen baiiik banget, hobi nraktir, senang berbagi. tapi ternyata dia suka ngambek. ngambeknya ini bikin bete. hihihi.  kita nggak mungkin kan nerima kebaikan dia aja tapi menolak kelemahannya. itu namanya mau enaknya sendiri. kalo bener2 cinta dengan dia, maka terimalah semuanya. atau ketika kita punya teman yang pinternya minta ampun. argumen2nya hebat. tulisannya bagus2. tapi dia ternyata sensi banget walo ngakunya sih enggak. tentu saja kita harus tetap cinta kan? mencintai dengan menerima kepintarannya dan kesensiannya.

begitu juga ketika kita punya pasangan hidup yang karakternya jauh dari harapan kita. nggak mungkin kan kita memutuskan cinta begitu saja hanya karena tau dia tuh orangnya slebor, misalnya. nggak sadar kalo dia saja mau menerima kelemahan kita yang nggak bisa masak, misalnya.

kekurangan orang-orang yang kita cintai dapat diminimalisasi dengan nasihat yang sejuk penuh cinta, bersabar, and ikhlas menerimanya.

nyari orang yang sempurna? emang ada? mungkin hanya Rasulullah aja seorang. itu pun karena Rasulullah selalu mendapat bimbingan langsung dari Allah. bahkan tak jarang Rasul pun mendapat teguran dari Allah karena kealpaannya.

jadi menerima segala kelebihan dan kekurangan adalah sikap yang sempurna dalam mencintai seseorang.

---------------------

untuk temanku, sungguh aku mencintaimu apa adanya.

wahai suamiku, tak ada yang lebih layak menerima cinta suci ini selain dirimu. aku menerima dirimu dengan ikhlas. insyaAllah.
Rabu, 02 Juli 2008

ternyata kita belum tafahum

ada banyak tahap menuju ukhuwah yang indah. ada taaruf (saling mengenal), tahap tafaahum (saling memahami), tahap takaaful (saling mencukupi).

tahap taaruf, kita mengenal latarbelakang saudara kita, mengenal sukubangsanya, mengenal keluarganya. tahap tafahum, kita diminta mengenal lebih detil lagi diri saudara kita. mengenal dan memahami apa-apa yang disukai dan apa-apa yang dibenci oleh saudara kita, sehingga kita dapat bertindak sebaik-baik  nya kepadanya. kita juga diminta memahami kelebihan dan kelemahan saudara kita sehingga dapat bertindak tentu memikirkan kondisi saudara kita. lalu, tahap takaful. Setelah kita saling mengenal, kemudian saling memahami, akhirnya kita bisa saling mencukupi.

di sini, hampir setiap hari kami menghabiskan delapan jam bersama2. waktu yang lebih banyak dihabiskan dibandingkan dengan keluarga di rumah.

tapi apa yang terjadi. sudahkah tahapan itu semua dilaksanakan dengan baik?

kalau aku sih, hiks... belum. maklum. diriku lebih dominan sikap cueksnya terhadap sekitar. jadi boro2 deh.

so, mohon maaf bila ada sikap/perkataan yang tidak berkenan di hati saudaraku.

pertanyaan selanjutnya. tidakkah waktu yang sudah kita habiskan bersama bisa menjadi alasan yang logis untuk lebih mempererat ukhuwah ini juga?

walaupun memang, kita sudah menerapkannya di keluarga kita, dengan teman-teman ngaji kita, atau bahkan dengan teman-teman maya kita.