dulu sih nggak begitu terganggu dengan adanya polisi tidur. mau ada berapa biji kek di sepanjang perjalanan, nggak ngaruh.
tapi kini, setelah ada si baby di dalam perut, keberadaan polisi tidur walo cuma satu pun, rasanya begitu menyiksa. mau naek bejak, mobil, apalagi motor, polisi tidur itu bikin aku senewen.
tapi apa mau dikata. aku nggak bisa menolak keberadaannya. setiap hari, aku pasti melewatinya dengan jumlah yang tidak sedikit. di sepanjang jalan ke rumah, udah ada selusin polisi tidur. klo mau diitungin sepanjang jalan kantor-rumah, entah ada berapa tuh.
untuk penghuni di sekitar polisi tidur, keberadaannya mungkin menguntungkan. mobil, motor, becak yang lewat nggak ada yang berani ngebut-ngebut. kalo kata suami sih, biasanya ketika warga setempat memasang polisi tidur baru, itu berarti pernah terjadi tabrakan di tempat itu.
ah, sebenarnya seberapa efisien sih pemasangan polisi tidur terhadap berkurangnya jumlah tabrakan? bukannya kesadaran berdisiplin lalulintas yang lebih penting? mungkin di sini masih susah ya menumbuhkan kesadaran itu sehingga harus dibuat penghalang jalan yang sebenarnya nggak aman juga buat sebagian orang.
walaupun suamiku udah mengurangi kecepatan motornya sepelan-pelannya, tetap aja, polisi tidur itu terasa menganggu tidur nyenyak si bayi dalam perutku. (sesama yang lagi tidur, jangan saling mengganggu, dunk!)