Copyright © tempatMP
Design by Dzignine
Kamis, 27 Januari 2011

empat tahun lalu

10 Desember 2006

Seorang lelaki sederhana datang bersama keluarga besarnya ke rumahku. Bapak, ibu, pak deh, sesepuh RW menyambutnya. Semua dipersilakan duduk. Aku ngumpet di dekat tangga. Nggak jauh dari ruang tamu. Pengen denger isi pembicaraan.

basa basi sana sini.
Tibalah pertanyaan penting dating dari sesepuh RW.
“apa maksud kedatangan ananda ke sini bersama keluarga besar ananda?”
(iiih, basa-basi banget, pikirku)
“saya ingin melamar woro untuk menjadi istri saya,” jawab si lelaki tenang.
“apa yang membuat ananda memilih woro untuk menjadi istri ananda? Bukankah masih banyak wanita lain di luar sana?”
(aku mulai degdegan)

“saya mencintainya, pak. Saya mencintainya karena ALLAH.”

Sehabis mendengar kata-kata itu, aku sudah tidak bisa menyimak pembicaraan selanjutnya. Aku terharu. Aku tak habis pikir, bagaimana dia bisa bilang cinta padaku kalau bertemu muka aja baru sekali pada saat taaruf? Hatiku langsung luluh lantak.

28 Januari 2007

“Saya terima nikahnya woro lestari blab la bla……”

Saat itu, aku yang berada di ruang rias tidak mendengar kata-kata sacral itu terucap. Aku baru ngeh setelah aku diminta menandatangani berkas2 surat nikah. Loh, udah akad ya? Loh, udah jadi istri orang ya? Lalu, aku diboyong keluar ruangan untuk duduk berdampingan dengan … suamiku. Waduh, panas dingin aku. Baju pengantinku sampe basah karena keringat. Duh, malu bangeeeeet!!!.....

Kata-kata sacral itu baru bisa aku dengar dan lihat di video rekaman pernikahan kami sebulan kemudian.

Kini, empat tahun sudah berlalu. Hadiah terindah pernikahan kali ini adalah si mungil kecil yang ada di dalam perutku.

Makasih ya abi atas segalanya. Sungguh, aku bahagia bersamamu.
Senin, 03 Januari 2011

ada(p)tasi

suatu sore, seorang ibu yang sedang hamil muda baru saja selesai muntah-muntah di kamar mandi. gadis kecilnya menunggu di depan pintu kamar mandi dengan pandangan khawatir.

anak: "umi lagi sakit ya?"
umi: "enggak nak, umi ga sakit. hanya mual saja terus muntah deh."
anak: "ya udah, umi cepat sembuh ya."
umi terharu mendengarnya.
umi: "iya, terima kasih ya nak."

umi pikir sudah sampai di situ saja pembicaraannya. ternyata ....
anak: "umi kok muntah sih?"
umi: "kan ada dedek di dalam perut umi."
anak: "kok kalau ada dedek umi muntah?"
umi: (mikir lama nyari jawaban yang pas) "karena dedek lagi adaptasi di perut umi."
anak: "adatasi ... adatasi apa itu, mi?"
umi: "adaptasi, nak. bukan adatasi. karena dedek sedang menyesuaikan diri di dalam perut umi."
anak: "ooo ... "

umi: (tiba-tiba puyeng).


ini dia si gadis kecil dengan hasil karyanya menggunting dan menempel. makin pintar ya, nak. umi sayang sama kamu.